watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKU SAYANG MAMA

Aku hanya bisa memandangi foto orang yang
menurut mama adalah ayahku. Disaat aku
menyesali segala macam perbuatan terkutukku
terhadap mama, orang yang selama 18 tahun
telah merawatku seorang diri hingga tumbuh
menjadi seperti ini. Aku terlahir sebagai anak
yatim karena tak pernah melihat ayahku kecuali
foto yang kusaksikan saat ini. Ayahku tewas
kecelakaan saat akudalam kandungan. Dulu
ayahku adalah seorang pekerja proyek
bangunan irigasi, hingga selalu bekerja
berpindah-pindah dari satu pelosok ke pelosok
lainnya.
Pada suatu saat di dusun pedalaman sumatera
barat, ayahku berkenalan dengan seorang gadis
yangselanjutnya menjadi ibuku. Memang mama
terlalu dini untuk menikah, saat itu ayahku
berumur 27 tahun sedangkan mama baru
berumur 15 tahun tapi hal itu bukan menjadi
penghalang mereka untuk menikah. Saat itulah
ayahku memboyong mama ke jakarta. Namun
naas tak dapat dihindari, tiga bulan kemudian
ayahku tewas dalam kecelakaan lalu linrtas. Dari
saat itu mama mengasuhku seorang diri dengan
membuka toko kelontong kecil dari uang sisa
warisan ayahku hingga berkembangseperti saat
ini.
Kejadiannya bermula ketika ujian EBTA selesai,
waktu itu pukul 9:00 pagi. Aku langsung saja
meluncur pulang karena memang aku mesti
pulang. Sesampainya di rumah aku melihat
mama sedang memasak makanan, hal itu biasa
dan memang seperti biasanya, yang luar biasa
adalah saat itu mama hanya menggunakan
daster yang sangat pendek, hanya setengah
paha.
"Ma.. itu baju siapa?" tanyaku heran. Aku dapat
melihat walaupun diumurnya yang akan
menginjak 34 tahun tapi mama masih memiliki
tubuh yang sintal, terlihat dari balik daster itu
masih menampakkan tonjolan di pantat dan
dadanya. Aku pun larut membantu mama
menyiapkan bahan masakan, tapi kembali aku
terpaku disaat duduk berhadapan mengiris
sayuran, mataku menangkap warna putih celana
dalam mama, sebenarnya mama duduk dalam
posisi yang biasa, namun ia belum sadar kalau
saat itu ia hanya menggunakan daster pendek,
aku berusaha mangalihkan pandanganku, tapi
selalu saja kembali melirik ke arah itu sampai
akhirnya aku tertangkap basah, saat aku melirik
disaat itu pula mama melihat ke arahku,
kemudian secara perlahan ia merapatkan
pahanya. Kejadian itu membuatku tidak tenang,
selalu akumemikirkan apa yang ada di balik
warna putih kain penutup tersebut, walau aku
selalu mendapatkan ranking di kelasku tapi dalam
hal wanita dan isi dalamnya, aku berada di
nomor 39 alias nomor absensi terakhir di
kelasku. Hal ini menimbulkan ide edan di
kepalaku, tanpa sepengetahuan mama, lubang
kunci pintu kamar mandi akan menjadi
teropongku! Benar saja sekitar pukul 5 sore
jadwal mama mandi. Aku pura pura saja
membaca koran di ruang tamu manakala mama
lewat hanyamelilitkan handuk di tubuhnya.
"Donny.. udah mandi belumm?" tanyanya
sembari berlalu. "Iya ntar.. Mama dulu deh"
sahutku sambil berpura-pura serius membaca
koran. Aku mendengar suara pintu kamar mandi
ditutup, secepat kilat aku berlari untuk
menngintip. Perlahan mama melepaskan handuk
yang melilit di tubuhnya. Hufss.. tampaknya tak
ada lagi yang menutupi tubuh mama, dadanya
tampak membulat indah, dengan bulu-bulu
lembut menghiasi selangkangannya, lalu ia mulai
mengguyurkan tubuhnya denghan air. "Jduk.."
tiba-tibakepalaku terbentur gagang pintu karena
kurang konsentrasi. Aku tak tahu apakah mama
merasa curiga atau tidak karena saat itu aku telah
lari kembali ke ruang tamu.
Seminggu telah berlalu dari kejadian tersebut dan
kini aku telah mempunyai ide yang lebih edan
lagi, "Obat tidur!" Aku membeli pil atifan, kata
temanku itu adalah pil penenang dengan efek
samping tidur. Disaat makan siang aku
membubuhkan atifan yang telah kutumbuk
menjadi tepung ke gelas mama. Ternyata
memang benar, tak beberapa lama berselang
mama telah pulas di kamarnya. Aku menuju
kamar mama sejam kemudian, aku berusaha
untuk membangunkannya untuk meyakinkan
bahwa ia benar-benar tidur.
"Ma.. ma.. Mama.." tak ada reaksi, aku
memegang tangannya untuk lebih yakin lagi, tapi
masih juga tak ada reaksi, aku merasa lega.
Namun masalah kemudian timbul, saat itu
mama menggunakan celana panjang lantaran
tak sempat untuk mengganti dengan daster
tidurnya.
Perlahan aku membelai wajahnya, mama
memang mempunyai wajah yang sangat cantik,
setidaknya itu menurutku. Setelah puas, belaian
tanganku mulai turun ke pangkal lehernya yang
putih mulus dan jenjang. Ada rasa hangat mulai
berdesir di tubuhku, jantungku mulai berpacu
tak normal. Sangat pelan aku mulai meraba dada
yang masih terbalut oleh bra berwarna krem.
Aku sudah tidak sabaringin melihat yang lebih
jauh lagi. Perlahan sekali aku melepaskan kancing
celana panjangnya, kemdian menurunkan
reitslitingnya lebih perlahan lagi, yang kemudian
menampakkan celana dalam warna krem juga.
Saat itu aku merasa telah berada di dunia lain
karena jantungku berdetak begitu kencangnya.
Dari ujung kaki aku menarik celana panjang
hitam itu hingga terlepas sama sekali. Tak lupa
celana dalam krem itupun kulorotkan juga.
Dalam seumur hidup, baru saat itulah
kalipertama aku melihat vagina seorang wanita
dari jarak yang begitu dekatnya. Kucoba untuk
meregangkan kedua pahanya untuk
memperhatikan lebih detail isi dari vagina wanita.
Hufhh.. dengan warnan kemerahan sepertinya
menantang untuk disentuh, kucoba untuk
membelainya kemudian memasukkan jari
tengahku ke dalam lubang hangat tersebut,
ternyata masih sempit. Sampai disitu aku tak
melanjutkan aksiku, kupakaikan kembali
pakaiannya seperti semula, akhirnya aku onani
sendiri di kamar mandi.
Setelah kejadian itu aku jadi semakin berani, saat
bercanda dengan mama aku sering mencubit
pantatnya bahkan kadang aku sudah berani
mencium belakang lehernya, tapi aku tak tahu
apakah mama masih menganggapnya itu suatu
kewajaran atau mama telah sadar bahwa ada
kelainan pada diriku tapi berpura-pura tidak tahu.
Terakhir, aku menyewa sebuah VCD, walaupun
bukan filmporno tapi dapat dikatakan film itu
setingkat diatas film semi.
"Ma.. umur Donny sekarang berapa?" tanyaku
mencari alasan. "18.. emang kenapa sayang?"
jawabnya sambil mengerutkan dahi. "Berarti
Donny boleh nonton film 17 tahun ke atas,
khan?" lanjutku kembali. "Bolehh.. Donny khan
sudah besar.." sahut mama membuatku merasa
dewasa. "Mau khan Mama nonton bareng
Donny?" pintaku, dan aku merasa senang saat
mama menganggukkan kepalanya tanda ia mau
menemaniku. Terlebih saat itu mama memakai
daster pendeknya lagi.
Sepuluh menit berlalu setelah film di putar,
posisinya masih seperti semula, aku memeluk
mama dari belakang karena memang
sebelumnya adalah biasa kalau aku memeluk
mama saat nonton film.Adegan mulai panas
ketika memasuki menit ke 15, tak terasa adik
kecilku mulai bangkit dari tidurnya, sialnya lagi
badan mama menempel di tubuhku hingga
menyulitkan posisi adikku, untungnya mama
mengerti, kemudian menarik badan untuk tidak
bersandar lagi ke tubuhku. Kesempatan itu
kugunakan untuk memperbaiki posisi adikku.
Tak berselang lama kemudian aku memeluk
mama lagi, perlahan kutarik tubuhnya untuk
bersandar lagi di dadaku. Aku tidak tahu apakah
ia merasakan di punggungnya ada benda keras
melintang, sementara tanganku masih melingkar
manis di perutnya yang ramping.
Adegan film semakin panas, kami hening tak
bicara, yang ada hanya suara cegukan air ludah
yangditelan paksa keluar dari mulut kami berdua.
Aku semakin memeluknya lebih erat lagi, mama
masih diam dan terus menyaksikan film,
darahku sepertinya berdesir hebat, kuberanikan
diri kembali untuk mengecup leher bagian
belakangnya, satu dua kali mama masih terpaku
diam. Akhirnya kubuka pembicaraan. "Gimana
sih rasanya gituan.." tanyaku lirih ketika di layar
TV adegan telah menjurus ke hubungan seks.
"Nggak tau Don.. Mama juga sudah lupa.."
jawabnya lebih lirih lagi tapi matanya tetap lurus
ke layar TV. "Mama nggak pengen gituan lagi?"
tanyaku terbata-bata. Yang pasti pertanyaanku
tidak terjawab karena setelah itu hening kembali,
sepertinya mama sangat menikmati film tersebut
dan tidak mempedulikan semua pertanyaanku.
Pelan sekali aku mulai menggerak-gerakan
tangan di sekitar perutnya, dasternya begitu
tipishingga terasa sekali kalau tanganku sedang
mengitari pusarnya. Aku menciumi lagi leher
bagian belakang, antara hidup dan mati aku
memberanikan diri untuk menaikkan rabaan
tanganku hingga pelan namun pasti tanganku
sampai di dada yang menurutku tidak begitu
besar tapi masih padat dan montok.
"Ehem.." mama terbatuk, entah sengaja atau
tidak hal itu seperti halilintar bagiku dan
menampar pipiku. Tapi sampai saat itu mama
masih membiarkan tanganku di dadanya. Aku
memberanikan diri lagi untuk mencium belakang
lehernya, nafasku seperti memburu, aku sudah
lupa diri, kuciumi semua leher sampai belakang
telinganya.
"Hhhsstthh.." terdengar suara rintihan mama
walau pelan tapi terdengar begitu berarti bagiku.
Tanganku mulai meremas dadanya, sedangkan
tangan kiriku mulai turun menyingkap daster
mininya. "Donny jangan nakal ahh.." mama
mulai bicara namun masih juga belum
menangkis tanganku. Suaranya begitu pelan dan
lembut. Akupun mulai menurunkan reitliting
daster yang ada dipunggung mama, hingga
sebatas pinggang. "Donny jangan.." Mama mulai
bereaksi namun masih belum menghindar.
Kuciumi punggung indah mama sembari
tanganku berusaha untuk melepaskan tali BH-
nya hingga terlepas sama sekali. "Sayang mau
ngapain sih.." ujar mama sambil menyeringai
penuh arti. Aku terus berusaha untuk
menelanjangi mama. Aku melorotkan daster
mini itu, dengan mengangkati sedikit saja
pantatnya untuk meloloskan daster itu, lepaslah
daster mini aduhai tersebut. Kini mama hanya
menggunakan celana dalam saja, tanganku tak
henti-hentinya meremas dada mama.
"Hhssthh.. Donny.." mama merintih menikmati
belaianku. Di layar TV nampak adegan
permainan yangsensasional, mama terus
memandangi film itu sambil menikmati
remasanku. Aku mulai mengusap celana dalam
mama, mama masih diam. Perlahan
kugosokkan secara melingkar, sepertinya mama
menikmati setiap sensasi yang kuberikan.
Perlahan aku mulai membuka celana dalam
mama, dan sepertinya mama memberikan jalan
untuk itu, dalam sekejap celana dalam itu telah
berada disampingku alias mama telah bugil total.
Kembali tanganku mengusap vagina yang sudah
sangat basahbahkan cenderung becek itu, sangat
hangat dan seperti ada denyutannya.
"Uhh.. Donny jahat.." kata mama sambil
meringis kenikmatan. Kini aku memberanikan
diri untuk mencium bibirnya, tapi sepertinya
mama menolak, mama tak mau berhadapan
denganku. "Jangan sayang, ini Mama lho bukan
orang lain.." kata mama lagi, kesempatan itu
kugunakan untuk membuka bajuku sendiri
dalam sekejap aku telah bugil juga. Aku masih
berusaha untuk menciumi bibirnya.
Dua menit kemudian baru aku mendapatkan.
Aku merebahkan mama di lantai, seluruh
bibirnya telah kulumat dan mama membalas
dengan sangat garang sepertinya ia sangat haus
akan sentuhan setelah sekian lama tak terjamah
laki-laki. Aku menindih mama. "Donny..?" ujar
mama sambil membeliakkan matanya seolah tak
percaya dengan yang digenggam, ketika
tangannya memegang adikku yang sangat
sangat tegang. "Emang kenapa Ma..?" tanyaku
disela-sela nafasku yang makin memburu.Mama
kembali terdiam, sedangkan aku terus
merangsangnya, aku tak mau mama keburu
sadar, pikirkukalau basah ya mandi sekalian. Aku
berusaha memasukkan penisku ke vaginanya
namun selalu meleset dan meleset, sepertinya
ukuran penisku terlalu besar untuk ukuran
vagina mama. Di samping mamayang selalu
menhindari tusukanku.
"Ma.. nggak bisa masuk" ujarku perlahan.
"Jangan ya sayang ya, ini mama lho.." mama
mulai melarangku sambil membelai rambutku
sepertinya ia mulai tersadar. "Donny tau kok,
Mama pengen juga khan? " aku berusaha untuk
menghindar disalahkan. "Mama nggak munafik,
mama akui mama pengen, tapi jangan sama
Donny dong.." jawab mama lembut untuk
meyakinkanku. "Berarti Mama pengen gituan
sama orang ya?" tanyaku balik tak terima.
Sejenak mama terdiam membisu, sekilas aku
melihat mata mama mulai berkaca-kaca. Seolah
mama tak percaya dengan apa yang baru
kuucapkan. Kemudian berkata, "Mama nggak
mungkin gituan sama orang lain, mama terlalu
sayang sama Donny.. nggak pernah terlintas di
kepala mama untuk mencari laki-laki lain.."
mama mulai menangis yang membuatku diam
sejuta bahasa. "Bahkan mama rela mati untuk
Donny." lanjutnya kembali sambil mengusap air
mata yang mulai menetes. "Mama nggak tega
untuk meninggalkan Donny." kembali mama
melanjutkan kesahnya.
Aku merebahkan tubuh di samping mama,
kondisi kami berdua masih bugil, sedangkan film
di TV telah kumatikan. Kami diam, hening sunyi
tanpa ada pembicaraan berarti. Aku berpikir
bahwa aku benar-benar anak durhaka, bahkan
mama sendiri ingin kutiduri.
Ketika tiba-tiba mama bersuara pelan, " Kenapa
sih Donny pengen tidurin mama.." tanya
mamaterdengar seperti pertanyaan seorang
hakim di pengadilan. "Mama.. cantik." ujarku
pelan hampir tak terdengar. "Karena Donny
sayang Mama," lanjutku kembali berusaha untuk
meyakinkan mama. "Mama juga sayang sama
Donny, tapi apa harus seperti ini
penyampaiannya." tanya mama lagi lebih
mendetail. "Iya emang Donny salah kok.. Donny
salah.. Donny salah.." tukasku keras sambil
duduk dan memakai celana dalam yang sejak
tadi berserakan. "Donny marahh?" ujar mama
lembut sambil berusaha meraih kepalaku untuk
mengelus rambut yang acak-acakan.
Tak lama kemudian mama memelukku sambil
sesekali terisak, "Jangan marah ya.. jangan siksa
perasaan mama." kata mama disela-sela isak
tangisnya. "Maafin Donny Ma, tadi Donny kurang
kontrol," sahutku pelan sambil membelai
punggung mulusnya. "Donny pengen
menyerahkan keperjakaan Donny untuk mama,
pengen kalau mama orang pertama yang
mengajari tentang semuanya, tapi Donny sadar
itu salah.." ujarku memperbaiki kesalahan ketika
ciuman hangat jatuh di keningku, kemudian
turun dan tanpa sadar mulut kami beradu lagi
tapi tidak sekencang yang pertama namun
begitu lembut hangat dan mesranya. Giliran
mama sekarang yang memelukku erat seolah
tak ingin dilepaskannya lagi.
"Maafin mama.." ujarnya sambil terus
memelukku. "Mama terlalu egois.." lanjutnya
sembari menciumi pipiku dengan penuh kasih
sayang. "Kalau memang itu yang Donny mau,"
tanpa meneruskan kalimatnya selanjutnya,
mama bangkit kemudian berjalan menuju
kamarnya. Seribu pikiran telah merambah
kepalaku, aku bingung harus bagaimana. Tapi
akhirnya aku memilih alternatif kedua, ikut
masuk ke dalam kamarnya.
Aku terpana saat melihat mama tidur terlentang
sambil matanya menatap sayu ke arahku. Bulu-
bulu lembut tampak semerawut di sekitar
selangkangannya. Pelan aku mendekatinya,
sepertinya gayung bersambut. "Mama ingin jadi
orang pertama yang memberikan sayang
seluruhnya pada Donny." kata mama sambil
berusaha menutupi selangkangannya dengan
kedua tangan, nyata sekali kalau mama masih
caanggung untuk bugil di depan orang. Seketika
seranganku ke mulutnya dibalas lebih garang
lagi. Aku benar-benar tidak tahan, kucoba
memasukkan penisku secepat mungkin. Namun
selalu meleset. "Abis Donny sihh besar sekali.."
sambil tangannya menuntun penisku ke liang
tempat aku lahir. "Ditekan.. sayang.." lanjut
mama sambil tangannya tetap memegang
penisku agar diam. Aku berusaha untuk
menekan, namun terasa seperti ada sesuatu
yang menahan. Aku terus berusaha sampai
akhirnya, "Slebs.." kepala penisku amblas
melewati pintu lubang yang sangat sempit itu.
"Ukhh.." mama menjerit tertahan sepertinya
mama merasakan sakit. Aku terus menekan
menerobos masuk hingga benar-benar amblas
seluruhnya, kepala adikku seperti menyentuh
sesuatu yang kenyal di kedalamansana.
"Sayang yang pelan dong.." ujar mamaku
sambil meringis menahan sakit. Aku mulai
mengocokkan keluar masuk, mama benar-benar
menikmati setiap gerakan yang kuberikan.
"Uuhh.." mama merintih pelan. Mama mulai
mendekap tubuhku erat. Sedangkan aku terus
menurun-naikkan tubuh hingga aku merasakan
nikmat luar biasa. Mama mulai maracau tak
karuan ketika gerakanku semakin cepat
menghantamnya. Suara desahan nafas
bercampur dengan suara vagina yang dikocok
oleh penisku, begitu kontras. Nyata sekali kalau
vagina mama benar-benar telah basah bahkan
mungkin sangat becek hingga mengeluarkan
suara yang menurutku aneh, sepertinya ada
sesuatu terjadi pada mama, ia semakin
mendekapku erat, goyangan pinggulnya
semakin liar dan hal itu membuatku seperti akan
meledak, keringat telah membanjiri tubuh kami
berdua. Aku semakin akan mendekati puncak
ketika tiba-tiba mama menjerit dan telah sampai
pada puncaknya yang sedetik kemudian aku
menyusul ke surga dunia tersebut. Aku terkulai
lemas. Diam tanpa ada suara sedikitpun. Sejenak
kemudian ada suara isak tangis dari mulut
mama, rupanya mama tersadar kemudian
berlari ke kamar mandi, setelah itu hening.
Keesokan harinya keadaan tetap seperti biasanya,
hari itu libur sekolahku aku tetap berada di
rumah untuk menemani mama, aku tak tega
untuk meninggalkannya seorang diri di rumah.
Saat itu mama sedang mencuci pakaian, mama
adalah seorang yang rajin, semua pekerjaan
rumah dikerjakan sendiri olehnya, itu yang
membuatku terkagum-kagum padanya, ia selalu
mengerjakan semua tanpa pernah meminta
tolong kecuali mamang setelah ia tak mampu.
Tapi saat itu aku berinisiatif untuk membantunya
lagi pula 70% yang dicuci mama adalah bajuku
sendiri. Tanpa basa basi aku langsung menuju
ember untuk mengucek baju baju ringan agar
bersih.
"Lho mimpi apa semalam kok tumben nyuci.."
kata mama sedikit menyindir. "Nggak kok cuma
pengen bantu aja." sahutku sambil nyengir tak
karuan. Kami pun larut dalam pekerjaan itu,
beberapa menit kemudian tugas harian itu
selesai. Baju yang kupakai basah semua begitu
juga dengan mama. Akupun mandi lagi, setelah
selesai disusul mama. Saat itu kami sedang
menonton TV, ketika langit mendung dan
menampakkan akan datang hujan, benar saja
beberapa menit kemudian gerimis pun jatuh
perlahan dari langit, kami pun berlari ke belakang
menyelamatkan baju-baju yang hampir kering.
"Jduaarr.." petir menyambar dengan lantangnya
seolah tak ada yang berani melawan. TV telah
mati, otomatis. Aku diam sendiri melamun,
sedangkan mama masih asyik dengan majalah
Femina-nya duduk di ruang tamu, hujan turun
dengan lebatnya, aku pun ikut larut duduk di
ruang tamu sambil membaca majalah Femina
yang banyak terdapat di kolong meja ruang
tamu, sesekali aku memperhatikan wajah
mama, memang benar kata orang kalau mama
seorang wanita yang cantik, tinggi semampai
dengan kulit putih mulus, leher jenjang dan dada
membulat indah, seandainya sajaorang juga
tahu kalau mama mempunyai vagina yang
indah dengan warna kemerahan dan terlihat
seperti milik gadis belasan tahun maka
lengkaplah mama sebagai wanita sempurna.
Bolak balik aku membuka halaman namun tak
ada satupun isi majalah yang menarik minatku
untukmembacanya. Majalah itu kuletakkan
kembali di bawah meja, aku duduk sendiri lagi,
kembali kuperhatikkan mama, aku teringat
semalam bagaimana mama bagai kuda binal
memacu mengejar kenikmatan. Tak terasa
penisku membengkak. Sepertinya mama tahu
kalau sedang diperhatikan. "Donny ngapain juga
ngeliatin mama seperti itu.." tanyanya sambil
membalik ke halaman berikut. "Nggak kok Ma..
mama cantik sih," jawabku lugu sambil
memperbaiki posisi penisku. Mama tersenyum
renyah, ufhh sungguh manis jika mama
tersenyum. Kemudian mama meletakkan
kembali majalahnya untuk bangkit menuju
jendela menyaksikan hujan yang turun dengan
lebatnya. Aku melihat dari belakang betapa sexy-
nya tubuh mama, pantatnya menonjol keluar,
penisku serasa meledak saja, melihat hal itu. Aku
pun beranjak menyaksikan hujan dari belakang
mama. Kupeluk tubuh mama, mama
memegang tanganku di perutnya. Penisku
sengaja kutempel di belakang pantatnya.
"Ma.. Donny sayang mama," lirihku pelan.
"Mama juga sayang sama Donny." sahut mama
sambil mencium keningku, kemudian ia berbalik
menghadapku, mama memelukku dengan
melingkarkan kedua tangannya di leherku.
Aroma tubuh wanita asli tanpa farfum pun
keluar dari tubuh mama terutama kedua
ketiaknya, membuatku semakin terangsang.
Lama kami saling pandang, mama begitu
cantiknya dengan hidung bangir bibir tipis dan
mungil. Semakin aku memeluknya erat serasa
tak ingin kulepaskan lagi. "Dansa yuk.." ajak
mama gembira sambil meregangkan
pelukannya. "Boleh tapi tapenya khan di kamar,"
jawabku bingung. "Ya.. iya dansanya di kamar
Donny aja," sahutnya kembali menjelaskan.Tak
berapa lama berselang alunan piano chopin pun
beralun sendu, begitu romantisnya kami
berdansa layaknya pasangan yang lagi dimabuk
asmara. Mama memeluk leherku dengan lembut
aku pun tak mau kalah, pinggang mama yang
ramping kujadikan sandaran tanganku. Tak lama
kemudian mama merebahkan wajahnya di
dadaku, aku merapatkan pelukanku sambil
mengelus elus punggungnya, kuciumi rambut
mama yang wangi sembari tangan kananku
terus menelusuri tubuhnya hingga menuju
pantat yang membulat sempurna. Sambil
berdansa santai, kuremas pantat indah mama.
"Tu khan.. Donny nakal lagi," kata mama protes
sambil mencubit belakang leherku. Aku tak
mempedulikan kata-katanya, aku terus meremas
pantatnya, perlahan kutarik roknya yang sebatas
lutut hingga mendapatkan ujungnya. Dari situ
aku memasukkan tanganku untuk memegang
langsung pantat yang dibalut celana dalam yang
aku belum tau warnanya itu. "Donny, jangan lagi
ah.." ujar mama masih menandakan dengan
suara yang lembut. Mama tetap bersandar di
dadaku, aku terus mendekapnya erat tanpa
melepaskannya sedikitpun. Kami terus masih
berdansa ketika tanganku telah berhasil masuk ke
dalam celana dalam melewati sisi sampingnya.
Terasa sekali kulit pantat mama begitu
lembutnya. Perlahan kulorotkan celana dalam
penghalang itu, mama masih diam ketika celana
itu telah lorot sampai setengah paha, dengan
bantuan kakiku akhirnya celana yang ternyata
berwarna kuning itu merosot sampai telapak kaki
mama.
"Donny mau telanjangi mama lagi yaa?"
tanyanya sambil menatapku, kali ini mama
mengangkat kepalanya menatapku. Aku diam
tak bisa menjawab, terpaksa wajahku tertunduk
malu. Aku tak kuasa memandangi wajah mama.
Aku berpikir mungkin mama masih
menginginkan kejadian semalam, tapi dugaanku
ternyata meleset. "Maafin Donny Maa.." sahutku
tertunduk, "Abis Donny pengen seperti tadi
malam lagi.." lanjutku polos tanpa ada yang
tertahan. "Donny pengen lihat mama telanjang
lagi?" tanya mama sambil mengelus pipiku. Aku
diam tak bisa menjawab kecuali memandangi
kuku kakiku yang mulai panjang. "Atau mungkin
Donny pengen tiduri mama lagi yaa?" kembali
pertanyaan itu bagai petir yang berkecamuk di
luar menghantam ubun-ubunku.
Mama tersenyum, kemudian menjauh dariku
hingga posisi kami berhadapan tapi di sisi
tembok yang berlawanan. Perlahan sekali mama
menarik kaos yang digunakan hingga terlepas
sama sekali, kini mama hanya menggunakan bra
yang ternyata berwarna kuning juga sepertinya
satu paket dengan celana dalam yang tadi
berhasil kulorotkan dengan rok sebatas lututnya.
Chopin masih sibuk dengan pianonya dalam
tape-ku. Saat kemudian kembali bra kuning itu
dilepaskan mama hingga menampakkan
gundukan kenyal dan montok itu seperti
terbebas dari penjara bernama BH. Aku masih
terpana dengan kelakuan mama, sepertinya
bukan aku saja yang sakit jiwa tapi mama juga
sudah tertular dengan penyakit incest-ku. Dalam
hati aku berpikir ternyata rok itu telah mencapai
lutut hingga ketika tangan halus mama
melepaskannya. Tak ada lagi penghalang yang
menutupi tubuh indah mama. Cegukkan air liur
terdengar seperti pemaksaan ditelan keluar dari
mulutku.
"Mama nggak mau mengotori kamar Donny.."
sambil mengambil pakaiannya yang berserakan
di lantai mama berlalu menuju kamarnya.
Kembali hal ini meninggalkan sejuta pertanyaan
di benakku, tapi seperti kemarin aku selalu
memilih alternatif yang kedua, mengikuti ke
kamarnya. Kali ini aku tak mau setengah-
setengah, seluruh pakaianku kulepas semua,
ketika aku berjalan ke kamar mama kondisiku
sudah dalam keadaan bugil dengan penis tegang
mengacung-acung.
Tak ada yang istimewa, kulihat mama duduk di
meja rias menghadap cermin tetap dalam
keadaan bugil. Aku mendekati untuk selanjutnya
duduk di belakang mama sambil memeluknya.
Mama tersenyum penuh arti kemudian berdiri
lagi dan meninggalkanku lagi yang duduk
terpaku. Ternyata dugaanku benar mama berdiri
menuju tempat tidur, terlentang sambil
memandangku. Dan aku sudah paham dalam
kondisi ini mama sudah dalam keadaan
terangsang. Sekarang sudah saatnya aku akan
mempraktekkan teori dalam film blue bagaimana
cara memuaskan wanita.
Perlahan aku menindihnya, kemudian mulut
kami beradu dengan dahsyatnya terdengar
bersuara begitu kerasnya, aku menciuminya
dengan penuh nafsu. Lalu aku menurunkan
ciumanku ke arah leher, mama sedikit
melenguh, ketika ciumanku sampai di daerah
puting susunya. Kuhisap dan kulum puting
yangberwarna kemerahan itu. Kembali ciuman
kuturunkan sampai mengelilingi pusar yang
kelihatan begitu bersihnya.
"Uhh.." mama melenguh keras saat lidahku
menyentuh klitorisnya. Vaginanya begitu basah
denganbau khas yang menambah seleraku
untuk menjilatinya, kucoba untuk menjilati
daerah basah tersebut. Ufssh.. Asin dan terasa
seperti sesuatu yang belum pernah kurasakan
sebelumnya tapi keadaan itu tak membuatku
menghentikan kegiatanku, aku terus menjilatinya
bahkan semakin rakus seperti ingin
membersihkan vagina orang yang paling
kusayangi tersebut.
"Mmmhh.. sstt.." mama menjerit tertahan saat
kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam
dirinya, terasa begitu hangat dan lembab.
Kocokan keluar masuk tanganku semakin
membuat mama kelojotan tak tentu arah, mama
mulai menggerakkan pinggulnya yang tadi
hanya diam karena itu aku yakin mama dalam
keadaan sangat terangsang. Aku terus menjilati
klitorisnya sembari jari tengahku keluar masuk
melewati pintu sempit vagina mama. Semakin
liar mama menggerak-gerakkan pinggulnya
seolah ingin cepat sampai pada orgasmenya.
Aku sudah tak tahan, secepat kilat aku
menjajarinya, kuciumi mulut tipis mama,
kuhisap sepenuh tenaga. Hingga kurasakan
penisku digenggam oleh mama dan secara
paksa menariknya mendekati lubang
kewanitaannya.
"Cepat sayang.. tekan," mama memohon
padaku untuk segera memasukkan penisku ke
arahnya. Perlahan kutekan sambil menikmati
sensasi yang timbul ketika menyaksikan wajah
mama meringis menahan sesuatu saat penisku
melewati dinding dinding sempit vaginanya
secara perlahan. "Bless.." akhirnya penisku
terbenam seluruhnya dan tepat mengenai mulut
rahim yang kenyal. "Ouhh.. Donny sayang,"
mama kembali melenguh saat kucoba untuk
menarik penisku secara perlahan dan kembali
membenamkannya hingga amblas seluruhnya.
Pinggul mama mulai bergoyang lagi
mengimbangi tusukanku yang tetap konsisten
berirama pelan. Suara decakan vagina yang
beradu dengan penis mulai terdengar karena
kurasakan mama adalah tipe wanita dengan
vagina yang becek, namun di situlah nikmatnya
berhubungan seks dengan mama, suara itu
seperti menambah semangatku untuk terus
memacunya.
"Teruskan sayang.. terus.." mama mulai
meracau tak karuan, saat hentakanku semakin
cepat frekuensinya. Hal ini membuat suara
decakan vaginanya semakin terdengar keras,
membuat mama terus menjerit tertahan.
Akupun seperti ingin melepaskan sesuatu tapi
tetap kutahan, aku ingin mencapai orgasme
bersamaan dengan mama. Aku semakin
mempercepat gerakanku, "Lagi sedikit sayang.."
Mama mulai meringis, menantikan malaikat
kenikmatan datang menjemputnya. Ketika tiba-
tiba, "Ouhhsstt Donny.." mama sepertinya telah
bertemu dengan malaikat itu. Kurasakan
vaginanyaberdenyut memijit penisku, aku terus
memacu agar malaikat itu jangan pergi
meninggalkanku, ketika tak lama berselang,
"Cret.. creet.. creet.." penisku menyemburkan
lahar panas di dalam vagina mama. Kami tidur
memulihkan tenaga, sesaat kemudian mama
bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan
vaginanya, dan kali ini tanpa air mata
penyesalan. Begitu balik, langsung memelukku.
Kami pun tidur sambil berpelukkan mesra.
Aku masih terpaku menyaksikan foto ayah, aku
benar-benar merasa berdosa terhadapnya, aku
merasa tak mampu menjaga mama dengan
baik, atau mungkin mama yang tidak berhasil
mendidikku menjadi anak yang baik. Saat ini
mama sedang menjaga toko milik kami,
walaupun sudah ada karayawan, mama selalu
menyempatkan diri diakhir hari untik mengecek
secara langsung laba yang di peroleh.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara bel
menandakan kalau di luar ada tamu, cepat aku
membukakan pintu. Ternyata seorang wanita
paruh baya telah berdiri di depanku dengan
anggunnya, kelihatan sekali kalau dia seorang
wanita kantoran yang selalu sibuk dengan
urusan, sepertinya dia seumuran dengan mama.
"Kami dari asuransi xx(edited), dan telah
melakukan janji dengan ibu Ernie" sapa wanita
itu dengan ramah. "Oh iya.. silakan masuk Bu."
aku mempersilakan wanita itu untuk duduk, tak
lama kemudian aku melaju dengan sepeda
motorku menjemput mama di toko yang
jaraknya cuma seratus meter dari rumah. "Ehh..
ibu maafkan saya Bu saya lupa kalau ada janji
dengan ibu hari ini," kata mama dari luar
ruangan begitu sampai sembari cepat duduk di
kursi. "Ah nggak apa-apa kok Bu," sahut wanita
itu tersenyum ramah.
Kemudian mereka bicara panjang sekali kali
diselingi tawa renyah keluar dari mulut mereka
berdua. Menurutku itu adalah kelebihan seorang
pegawai asuransi untuk selalu familiar terhadap
klien-nya. Sejam kemudian setelah mereka
berbicara panjang akhirnya wanita itu pamit
pulang, mama menutup pintu ketika aku
mengambil formulir asuransi di meja. Aku
melihat isi formulir itu ternyata ada dua. Ternyata
mama akan mengasuransikan pendidikanku
sebesar $4000 yang akandiangsur secara
triwulan, lembar lainnya akan mengasuransikan
toko kami tanpa ada nominalnya. Akupun
memeluk mama kuucapkan terima kasih
padanya, mama hanya tersenyum sambil
mengatakan kalau itu memang sudah menjadi
kewajibannya.
Keesokan harinya wanita itu datang lagi, kali ini
mama sendiri yang membukakannya pintu.
Kembali suara tawa riang renyah terdengar dari
mulut mereka berdua, aku pun merasa happy
melihat mama telah mempunyai teman baru
yang baik, kukatakan baik karena saat itu di
belakang aku sedang menyantap black forest
bingkisannya. Karena selama ini mama terlalu
sibuk dengan urusannya mengurus toko hingga
jarang mempunyai teman seperti wanita itu.
Mereka pun kelihatan akrabsekali.
Dua jam mereka bicara ketika wanita itu pamit
pulang Mama menceritakan padaku kalau wanita
itu bernama Ni Wxx Ayu Wxx(edited), orang Bali
namun terlahir dan besar di Jakarta, juga tentang
profesinya selain pegawai kantor asuransi juga
instruktur fitness pada suatu fitness center, tak
ketinggalan statusnya yang janda tanpa anak.
Ooo.. batinku mengatakan pantas saja mereka
akrab rupanya sama sama janda.
Keesokan harinya wanita itu datang lagi namun
kali ini sedikit lebih pagi, saat itu jam
menunjukkan pukul delapan. Aku
membukakannya pintu. "Hai Donny," sapanya
masih ramah seperti kemarin. "Tante Ayu.."
jawabku ringan sembari mempersilakan Tante
Ayu masuk. Mama keluar dari kamar dengan
pakaian santainya, celana jeans dengan atasan
kaos biasa, walau begitu tak memudarkan
kecantikan alaminya. Dengan meminta izin
kepadaku mama pun keluar dengan Tante Ayu.
Lama aku menanti mama ketika pukul 11:00
terdengar suara klakson mobil, mama turun dari
mobil ketika mobil Tante Ayu melaju entah
kemana. Aku melihat mama membawa
beberapa tas, rupanya ia barudari mall. Tak
sabar aku ingin melihat apa yang ada di dalam
tas itu. Ketika kulihat beberapa potong pakaian
senam.
"Mama mau ikut senam ya?" tanyaku heran.
"Iya.. bolehkan.." jawabnya sambil
memandangku. "Enak lho yang ngajarin Tante
Ayu langsung.." sambungnya kembali. "Berarti
Donny nanti sendiri di rumah dong.." ujarku
dengan nada tak terima. "Nggak lah sayang,
pokoknya Donny ikut kemana pun mama pergi,"
ujar mama meyakinkanku. "Dan Tante Ayu bisa
mengerti hal itu.." sambungnya kembali
membuatku benar-benar merasa tenang.
Dua hari setelah itu aku mengantarkan mama
untuk pertama kalinya ke tempat senam yang
dituju, di sana Tante Ayu sudah menunggu
dengan pakaian senamnya, oleh Tante Ayu aku
dibawa ke ruangan khusus dimana aku bebas
melihat ke mana pun namun aku sendiri tak
terlihat dari luar. Mama mulai membuka pakaian
luarnya, karena sejak dari rumah mama sudah
memakai baju senamnya. Terlihat sekali
walaupun Tante Ayu adalah instruktur senam,
namun tubuh mama mampu mengimbanginya
walaupun mama tak pernah melakukan senam
apapun. Kelihatan sekali mama masih canggung
dalam gerakan-gerakan senam ketika wanita
wanita lain mengikuti dengan lancar gerakan
gerakan yang Tante Ayu perlihatkan.
Akhirnya senam pun selesai dan aku akan keluar
dari penjara ini menurut batinku. Begitu aku akan
memegang gagang pintu, aku melihat dua
pemuda dengan badan kekar masuk, ketika
ruangan telah sepi dan meninggalkan mama dan
Tante Ayu, sejenak aku menahan hasratku untuk
keluar dari ruangan itu. Salah seorang bahkan
menggandeng Tante Ayu, tanpa canggung
mereka berpelukan mesra, mamaku masih
duduk di pojok saat Tante Ayu mengenalkan
para lelaki kekar itu satu-persatu. Kemudian
Tante Ayu mengajak mama dan para pemuda
itu ke ruangan sebelahnya, walaupun agak
terhalang tapi aku masih bisa melihat
keseluruhan ruangan dengan menaiki kursi.
Tante Ayu kembali bercanda dengan pemuda itu
sesekali lelaki itu menjawil pantat Tante Ayu. "Bu
Ernie ngomong dong," ujar Tante Ayu kepada
mama. "Oh iya.." tiba-tiba mama manjawab tapi
masih malu-malu. Tante Ayu terus bermesraan
dengan pemuda itu, bahkan saat itu Tante Ayu
duduk di pangkuannya. Mama masih terdiam
membisu saat seorang lagi mendekati mama.
"Hai Mbak.. kok dari tadi diam aja sih," tanya
lelaki itu. "Ah nggak kok.." ujar mama merasa
risih. "Mungkin Mbak Ernie masih canggung ya?"
lanjutnya kembali, mama masih diam namun
sedikit tersenyum. " Mbak.. di luar aja yuk, khan
nggak enak.. mengganggu Mbak Ayu di sini.."
sepertinya laki-laki itu pintar memanfaatkan
suasana. Berkata demikian kemudian laki-laki itu
menggandeng mama untuk kembali berada di
ruangan senam, dan mama hanya nurut saja
saat itu.
Mama duduk berdampingan dengan pemuda
itu, sementara Tante Ayu terdengar mulai
mendesah, saat itu kalau kulihat pakaian
senamnya telah merosot sampai perutnya.
Mama hanya menggigit bibir mendengar
desahan nafas Tante Ayu. "Mbak ernie
kelihatannya lembut sekali.." pemuda itu mulai
merayu mama. "Ah kamu bisa aja.." sahut
mama mulai melayani pembicaraannya. "Pasti
banyak laki-laki naksir sama Mbak." lanjut
pemuda itu sambil melingkarkan tangan kirinya
di pinggang mama. Mama masih diam tidak
berusaha untuk menghindar. Kembali terdengar
suara lenguhan Tante Ayu yang begitu kerasnya,
karena saat itu Tante Ayu telah telanjang total
begitu juga dengan pemuda itu, nampak bulu-
bulu yang sangat lebat menghiasi selangkangan
Tante Ayu.
Tiba-tiba mama berdiri.. "Maaf Mas, aku akui aku
sedang bernafsu, tapi tidak sama kamu.." mama
mulai membentak saat tangan pemuda itu
menyentuh buah dada mama. Merasa terhina
pemuda itu pergi entah kemana. Tak lama
kemudian aku pun keluar dari ruangan itu,
belum selesai aku menutup pintunya mama
menghampiriku dan mendorongku masuk
kembali. Mama menutup pintu itu kemudian
memburuku. Habis sudah mulutku diciumi.
Pakaianku dibuka dengan paksa, sekejap saja aku
dalam keadaan bugil. Mama mengelus penisku
yang sudah menjulang tinggi. Berusaha untuk
memasukkannya ke dalam mulutnya yang
kurasa begitu tipis dan mungilnya, walau begitu
akhirnya masuk juga walau serasa dipaksakan.
Tak lama kemudian mama membuka pakaian
senamnya sendiri, bau keringat mama
menambah daya tariknya. Aku memeluknya dari
belakang, meremas buah dada yang kenyal
nikmat. "Mama sayang kamu Don.. ujarnya lirih
sambil meremas penisku. Aku tak berkata
apapun selain menyuruhnya untuk nungging.
Mama mau saja saat kutusuk vaginanya dari
belakang. Aku mulai melakukan gerakan maju
mundur. Vagina mama serasa lebih sempit
karena faktor gaya nungging tersebut. Tak lama
kemudian mama menyuruhku mencabut
penisku.
"Mama nggak bisa menikmati.." katanya
berkeluh padaku. Akupun disuruhnya duduk di
kursi ketika mama mulai mengangkangiku
berhadapan dan memasukkan penisku secara
perlahan ke dalam dirinya. Aku cukup senang
dengan gaya itu mama duduk di pangkuanku
dan buah dadanya tepat berada di mulutku.
Rakus aku menjilati dada yang menjulang
menantang itu, saat mama mulai melakukan
aksinya menurun naikkan tubuh indahnya di
hadapanku.
"Ouh.. Mama.." tak sadar aku bicara demikian,
mama meringis namun terus menutup
mulutnya rapat rapat. Mama menggerakkan
pinggulnya dengan berbagai variasi kadang
memutar, maju mundur dan turun naik, semua
berirama membuat aku tak tahan. Ketika 5 menit
kemudian..
"Ma.. Donny mau keluar.." bisikku pelan. "Tahan
sayang, tunggu mama lagi sebentar.." ujar
mama pelan seperti takut kedengaran, mama
terus memutar-mutarkan pinggulnya membikin
penisku pusing tujuh keliling, ketika tak lama
kemudian..
"Ukkhh.. sstt.." bersamaan kami mencapai
puncak kenikmatan yang kami daki. Mama
menciumiku mesra. Beberapa saat kami saling
pagut sebagai tanda kasih sayang diantara kami
berdua. Aku merasa mama adalah bidadariku
yang tercantik. Setelah itu kami pun keluar dari
ruangan itu untuk selanjutnya pulang tanpa
pamit kepada Tante Ayu


Adult | GO HOME | Exit
1/10970
U-ON

inc Powered by Xtgem.com